Perjalanan gue di dunia maya bermula di sosial media yang
bernama facebook, di awal tahun 2010 pada saat itu gua kelas satu SMA.
Gue beruntung karena
pada zaman gue masih SMP belum mengenal yang namanya facebook, karena setau gue
waktu gue SMP lah ke alay gua ter ekspos, gue juga gak tau jin kafir mana yang
telah merasuki jiwa gua saat itu,yang jelas saat gue ngetik sms aja tulisan nya
hanya tuhan yang bisa baca.
Dulu waktu masih SMP gue Cuma main sms kirim-kiriman status unyu-unyu gitu, padahal kalo di baca
sekarang mungkin yang baca bakal keracunan dosis tinggi. Saking alaynya gue
ngerubah font sms gue jadi bahasa alien yang tersesat di planet namec. Misal
“3h kh4mu g3 n9ap4ah?” ini gue yakin kalo pikolo musuhnya goku baca status sms
kayak gini besok nya bakal jadi mualaf dan tobat.
Setelah sekian lama gue alay di sms, akhirnya ada temen yang
ngenalin sosial media bernama facebook. Pada saat itu jika seorang remaja gak
punya akun facebook maka dia akan di kucilkan, dianggap hina, dipandang sebelah
mata dan dikubur hidup-hidup.
Bicara facebook itu berkaitan dengan foto profil, pertama kali punya Foto
profil, facebook gue sangat alay, setelah gue inget-inget,
ternyata sangat menjijikan. Gue berpose manyun-manyun sok imut sambil nempelin
jari telunjuk di bibir. Entah waktu itu gue lagi keserupun jin penunggu pohon
jengkol kali ya. Yang jelas, pada waktu itu, pose seperti itu sangatlah ngehits
di kalangan remaja-remaja gaul yang salah asuhan. Rambut gue dulu juga masih
belah tengah ngikutin style-nya Charly ST12 yang kemungkinan terinspirasi dari mencarnya
air setelah kena ban mobil. Jadi foto profil facebook gue mungkin bisa dibilang mirip seperti anak
hasil perkawinan silang antara anthropoda dan Charly ST12
Agak maksa sih sebenernya. Karena gue waktu itu adalah remaja ingusan yang
lumayan gaptek. Gue masih inget waktu pertama kali ditanya temen perihal facebook.
"Waji, gue minta facebook lo dong". Gue pun bingung harus jawab apa.
Karena gue juga nggak tau facebook itu apa. Gue mecoba tenang. Walau panik,
harus tetap terlihat cool. Dengan gaya yang sangat elegan dan senyum menawan
ala nabi Yusuf, gue pun menjawab.. "uuuumm.. facebook ya? sorry,
facebook gue ketinggalan di rumah. Besok deh gue bawa" . Entah
temen gue ngerti atau nggak, dia jawab.. "oh. Yaudah. Besok aja
gapapa"
Facebook adalah situs pertemanan paling populer saat itu. Hampir semua
temen gue punya akun facebook. Setelah gue tau facebook itu apa, gue secepat
mungkin minta bikinin temen gue. Ya itu tadi, dulu gue masih gaptek. Yang gue
ngerti cuma gimana cara ngetik keyboard komputer pake tangan. Itu pun gue
ngetiknya cuma bisa pake jari telunjuk. Nulis beberapa kalimat aja kadang bisa
sampe setengah jam.
Akun facebook gue pun akhirnya lahir dengan selamat berkat bantuan bidan
eh, temen gue si Arry dinta (bukan nama samaran). Dan langsung gue kasih
nama...Waji Benci Anarkiez.
Masalah kembali muncul ketika gue tau, ternyata temen gue cuma bikin akun
facebook gue aja. Tanpa ada foto profil terpajang di sana. Gue mau minta tolong
masukin foto, cuma gue nggak enak, takut ngerepotin. Akhirnya akun facebook itu
gue biarkan kosong dan sepi seperti sebuah taman. Taman makam pahlawan.
Setelah punya akun facebook, gue jadi norak. Semua temen gue yang lewat di
depan gue langsung gue tanyain nama akun facebooknya apa. Gue catet di kertas.
Dan pulang sekolah langsung gue add. Tujuannya simple, cuma buat gaya-gayaan
doang. Karena pada waktu itu, semakin banyak jumlah teman di facebook,
semakin bertambah tinggi kedudukan sosial seseorang.
Foto profil facebook gue yang kosong tadi, masih menjadi masalah yang
membuat hati gue resah dan gelisah serta menyebabkan galau diatas genteng yang
akhirnya pantang turun sebelum hujan. Hampir semua akun facebook temen gue, ada
foto profilnya. Sedangkan akun facebook gue masih tetap tanpa foto profil.
Setiap ada temen gue yang nanya.. "facebook lo kok nggak ada foto
profilnya sih?" gue cuma bisa jawab dengan bijaksana.. "iya
nih, gimana ya, gue orangnya nggak narsis sih. Makanya gue males masang foto
profil facebook" padahal dalam hati gue berteriak.. "KAMPREEET!
GUE NGGAK TAU GIMANA CARANYA MASANG FOTO PROFIL FACEBOOK!! PASANGIN LAH
WOOOY!!".
Akhirnya facebook bernasib kurang populer. Mulai ditinggalkan karena makin
kesini, orang makin sadar, facebook udah nggak seasik dulu. Mulai banyak alien
dan makhluk astral yang ikutan main facebook. Situasi itu membuat banyak
pengguna facebook, hijrah ke situs social media baru yang bernama twitter.
Awalnya gue nggak tertarik main twitter karena banyak temen gue yang masih
pada main facebook. Gue terpaksa main twitter karena cewek gue pada waktu itu,
maksa gue buat bikin akun twitter (ini fiksi karena gua sebenernya gak pernah
pacaran J ). Ya daripada dia ngambek, akhirnya gue ikutin apa maunya dia.
Pertama buka twitter, gue bingung. Karena waktu itu belum banyak temen gue yang main twitter. Ada sebagian yang udah main twitter, tapi gue nggak tau username-nya apa. Hal pertama yang gue lakukan di twitter adalah ngefollow akun artis-artis yang nggak jelas asal muasalnya dari planet mana. Sampai akhirnya gue ngefollow sebuah akun yang konten tweetnya menarik. Akun itu setiap hari selalu ngetweet hal-hal yang di luar nalar. Bisa dibilang aneh. Tapi gue suka. Karena dia terlihat berbeda dari akun twitter lainnya. Setiap hari gue selalu baca tweetnya. Dan tanpa gue sadari, gue mulai terpengaruh dengan ide-ide absurd-nya. Gue mulai tertantang buat nyoba ngetweet seperti dia.
Dalam hal ini gue buka meniru isi tweetnya, tapi gue meniru sudut pandangnya. Sudut pandang yang gue curi dari dia adalah, gimana cara mengukapkan keresah terhadap suatu hal dengan cara yang menyenangkan. Semacam cara merubah curhat yang menye-menye, menjadi curhat yang elegan Memang awalnya gue kesulitan, tapi lama-lama gue mulai terbiasa. Kebiasaan itu masih melekat sampai sekarang. Bahkan dengan sudut pandang itu, gue jadi bisa berpikir lebih dewasa. Iya, twitter mendewasakan gue. Banyak hal baru yang gue dapat di twitter. Bertemu orang-orang luar biasa dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sudut pandang mereka juga terus gue ambil. Tentu nggak semuanya, cuma sudut pandang yang sekiranya cocok dengan diri gue sendiri.
Pertama buka twitter, gue bingung. Karena waktu itu belum banyak temen gue yang main twitter. Ada sebagian yang udah main twitter, tapi gue nggak tau username-nya apa. Hal pertama yang gue lakukan di twitter adalah ngefollow akun artis-artis yang nggak jelas asal muasalnya dari planet mana. Sampai akhirnya gue ngefollow sebuah akun yang konten tweetnya menarik. Akun itu setiap hari selalu ngetweet hal-hal yang di luar nalar. Bisa dibilang aneh. Tapi gue suka. Karena dia terlihat berbeda dari akun twitter lainnya. Setiap hari gue selalu baca tweetnya. Dan tanpa gue sadari, gue mulai terpengaruh dengan ide-ide absurd-nya. Gue mulai tertantang buat nyoba ngetweet seperti dia.
Dalam hal ini gue buka meniru isi tweetnya, tapi gue meniru sudut pandangnya. Sudut pandang yang gue curi dari dia adalah, gimana cara mengukapkan keresah terhadap suatu hal dengan cara yang menyenangkan. Semacam cara merubah curhat yang menye-menye, menjadi curhat yang elegan Memang awalnya gue kesulitan, tapi lama-lama gue mulai terbiasa. Kebiasaan itu masih melekat sampai sekarang. Bahkan dengan sudut pandang itu, gue jadi bisa berpikir lebih dewasa. Iya, twitter mendewasakan gue. Banyak hal baru yang gue dapat di twitter. Bertemu orang-orang luar biasa dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sudut pandang mereka juga terus gue ambil. Tentu nggak semuanya, cuma sudut pandang yang sekiranya cocok dengan diri gue sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar